Cari Blog Ini

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI YAYASAN AL - IKHLAS
MEDIA INFORMASI DAN TRANSPARASI UNTUK PARA DONATUR
Semoga Istiqomah Dalam Peduli dan Berbagi
  • Foto bersama pengurus yayasan dengan anak-anak yatim
  • Jajaran Pengurus Yayasan Al-Ikhlas
  • Kegembiraan anak-anak yatim usai santunan dari Donatur Yayasan.
  • Anak-anak yatim foto bersama.

Selasa, 28 November 2017

Kisah Inspiratif, Kebohongan Penuh Rasa Cinta Seorang Ibu

 Sumber : 1001kisahteladan.com

Kisah kebohongan ibu penuh rasa cinta ini terjadi pada sebuah keluarga tak berada yang memiliki seorang anak laki-laki. Kebohongan-kebohongan sang ibu mulai disadari si anak sejak masih duduk di sekolah dasar dan terus berlanjut hingga si anak menginjak dewasa.
Kebohongan Penuh Rasa Cinta Seorang Ibu
Berikut cerita delapan kebohongan ibu pada si anak yang masih mengingatnya dengan baik.

1. Kebohongan Ibu yang Pertama
Demi mencukupi kebutuhan makan lauk untuk si anak, sang ibu memilih untuk pergi ke sungai dekat rumah untuk memancing ikan disana. Tidak mudah baginya untuk bisa mengusahakan umpannya dimakan oleh ikan. Dengan penuh kesabaran dan menghabiskan waktu hingga setengah hari, sang ibu akhirnya bisa mendapatkan ikan yang sama besarnya dengan telapak tangannya.
Sang ibu segera pulang ke rumah untuk membuatkan sup ikan untuk si anak. Sang ibu tahu betul anak lelakinya sangat menyukai sup ikan. Segera setelah matang, disuguhkannya sup itu untuk anaknya.
Sang ibu duduk di samping anaknya yang dengan lahap makan nasi dan sup ikan. Si anak memilah-milah tulang ikan ke piring yang lebih kecil. Sang ibu dengan tangannya mengambil daging ikan yang sebagian masih menempel di tulang tersebut kemudian memakannya.
Melihat apa yang dilakukan ibunya tersebut, si anak berinisiatif untuk memberikan sedikit bagian kepala ikan tersebut kepada ibunya. Namun sang ibu dengan lembut menolak pemberian anaknya tersebut seraya berkata, “Makanlah nak, untuk kamu saja. Ibu tidak terlalu suka ikan sebenarnya. Tadi ibu hanya ingin mencicipi rasa dagingnya saja.”

2. Kebohongan Ibu yang Kedua
Saat si anak menginjak Sekolah Menengah Pertama, ibu membuat kerajinan dari barang bekas yang di jual ke koperasi desa. Hampir setiap hari ibu membuat kerajinan dari barang bekas tersebut. Hasil penjualannya selain bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, juga untuk membiayai sekolah si anak.
Suatu kali, si anak terbangun dari tidur malamnya setelah dikejutkan oleh gelegar bunyi guntur. Kamar tidurnya gelap gulita karena seluruh aliran listrik diputus sementara karena hujan deras dan guntur yang bersahutan malam itu. Namun  si anak melihat cahaya lilin di ruang depan. Ia mendapati sang ibu masih mengerjakan kerajinan dengan penerangan satu buah lilin saja.
Si anak menghampiri ibunya dan  berkata, “Ibu, tidurlah, sudah malam dan juga gelap tidak ada listrik. Ibu bisa lanjutkan besok.”
Sang Ibu tersenyum dan berkata, “Guntur membangunkanmu? Kamu tidurlah duluan, kamu kan harus sekolah besok pagi-pagi, Ibu belum mengantuk kok.”

3. Kebohongan Ibu yang Ketiga
Saat ujian sekolah, seperti ibu-ibu lainnya, sang ibu ingin menemani sang anak untuk menghadapi ujian. Namun tidak seperti ibu lainnya, sang ibu harus tidak bekerja pada hari itu demi sang anak. Tidak seperti ibu lainnya juga yang menunggu di kantin depan sekolah, sang ibu menunggu sang anak di bawah pohon yang bahkan tidak meneduhkannya dari sinar matahari.
Saat tengah hari lonceng tanda ujian berakhir dibunyikan. Sang ibu segera menyambut si anak dengan penuh senyum dan segera menuangkan teh dingin yang tak lagi dingin.
Si anak melihat sang ibu mukanya kemerahan di papar matahari dan bulir-bulir keringat menghiasi wajahnya. Si anak kemudian meminta ibunya saja yang meminum teh tersebut. Namun Ibu menjawab, “Minumlah nak, aku tidak haus!”

4. Kebohongan Ibu yang Keempat
Sepeninggal ayah, Ibu adalah juga kepala rumah tangga. Hidup terasa makin sulit setelah ayah tiada. Banyak tetangganya dan juga keluarga besar ibu memintanya untuk menikah lagi demi anak.
Namun sang ibu punya jawaban sendiri kepada si anak yang juga atas permintaan untuk menikah lagi tersebut, “Saya lebih senang bersama kamu anakku.”

5. Kebohongan Ibu yang Kelima
Setelah si anak menamatkan sekolah dan mulai bekerja di kota, sang ibu tetap bekerja untuk kebutuhan kesehariannya. Si anak sudah memintanya untuk tidak lagi bekerja dan akan memberinya uang untuk sang ibu berapapun yang dibutuhkannya.
Namun sang ibu menolak pemberian anaknya tersebut seraya berkata,”Tabunglah ini untuk mu dan masa depanmu, Ibu masih punya simpanan dan hasil penjualan ini masih cukup untuk ibu membeli makan.”

6. Kebohongan Ibu yang Keenam
Si anak berhasil meraih gelar sarjana setelah kuliah sambil bekerja. Ia pun akhirnya mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri. Tidak hanya kuliah, si anak juga mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan di luar negeri. Ia pun ingin mengajak ibunya untuk tinggal bersamanya.
Tetapi Ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku, “Aku lebih suka disini.”

7. Kebohongan Ibu yang Ketujuh
Setelah meraih gelar master di luar negeri, si anak diterima sebagai pegawai tetap di luar negeri. Ia mulai sibuk dan mulai jarang menghubungi ibunya. Sampai suatu hari, pamannya memberi kabar bahwa sang ibu di rawat di rumah sakit karena penyakit kanker stadium akhir.
Tanpa pikir panjang, si anak pulang menempuh jarak ribuan kilometer demi ibunda tercinta. Sesampainya di rumah sakit, si anak mendapati sang ibu yang sudah terlihat tua, terbaring lemah di ranjangnya. Ia baru saja menjalani operasi hari itu.
Saat terbangun dari tidurnya, sang ibu tersenyum kepada si anak. Senyuman yang berbeda, karena senyum itu tampak seperti sedang menahan rasa sakit.
Si anak menatap sang ibu sambil berlinang air mata. Hatinya perih, dadanya terasa sesak demi melihat sang ibu yang sakit dengan kondisi kurus dan sangat lemah. Tetapi Ibu dengan tegarnya berkata, “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan.”

8. Kebohongan Ibu yang Terakhir
Setelah kebohongannya yang terakhir tersebut, sang ibu tak mampu lagi tersenyum untuk si anak. Matanya tertutup untuk selama-lamanya.
Itulah kisah kebohongan penuh rasa cinta dari ibu kepada anaknya. Semoga mampu memberi pembaca inspirasi untuk lebih meluangkan banyak waktu untuk orangtua khususnya ibu. Lebih sering manakah kamu menelepon ibu dari kekasihmu? Bahkan sekedar untuk menanyakan sudah makan atau belum?
Muliakanlah orangtua khususnya ibu kamu terlebih dahulu sebelum mencoba untuk memuliakan dan memberi perhatian lebih kepada orang lain atau pasangan. Semoga kisah ini dapat menumbuhkan cinta yang lebih dalam kepada ibu dan ayah kita, Amiiin.

Tidak ada komentar:

OMATIQ Yatim Mandiri Bekasi

Team dari sanggar jenius Al Ikhlas  Olimpiade Matematika dan Qur'an  Di tengah maraknya kegiatan dan teknologi modern, mengasah kemampua...