Sumber : 1001kisahteladan.com
Kisah kebohongan ibu penuh rasa cinta ini terjadi pada sebuah
keluarga tak berada yang memiliki seorang anak laki-laki.
Kebohongan-kebohongan sang ibu mulai disadari si anak sejak masih duduk
di sekolah dasar dan terus berlanjut hingga si anak menginjak dewasa.
Berikut cerita delapan kebohongan ibu pada si anak yang masih mengingatnya dengan baik.
1. Kebohongan Ibu yang Pertama
Demi mencukupi kebutuhan makan lauk untuk si anak, sang ibu memilih
untuk pergi ke sungai dekat rumah untuk memancing ikan disana. Tidak
mudah baginya untuk bisa mengusahakan umpannya dimakan oleh ikan. Dengan
penuh kesabaran dan menghabiskan waktu hingga setengah hari, sang ibu
akhirnya bisa mendapatkan ikan yang sama besarnya dengan telapak
tangannya.
Sang ibu segera pulang ke rumah untuk membuatkan sup ikan untuk si
anak. Sang ibu tahu betul anak lelakinya sangat menyukai sup ikan.
Segera setelah matang, disuguhkannya sup itu untuk anaknya.
Sang ibu duduk di samping anaknya yang dengan lahap makan nasi dan
sup ikan. Si anak memilah-milah tulang ikan ke piring yang lebih kecil.
Sang ibu dengan tangannya mengambil daging ikan yang sebagian masih
menempel di tulang tersebut kemudian memakannya.
Melihat apa yang dilakukan ibunya tersebut, si anak berinisiatif
untuk memberikan sedikit bagian kepala ikan tersebut kepada ibunya.
Namun sang ibu dengan lembut menolak pemberian anaknya tersebut seraya
berkata, “Makanlah nak, untuk kamu saja. Ibu tidak terlalu suka ikan
sebenarnya. Tadi ibu hanya ingin mencicipi rasa dagingnya saja.”
2. Kebohongan Ibu yang Kedua
Saat si anak menginjak Sekolah Menengah Pertama, ibu membuat
kerajinan dari barang bekas yang di jual ke koperasi desa. Hampir setiap
hari ibu membuat kerajinan dari barang bekas tersebut. Hasil
penjualannya selain bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari,
juga untuk membiayai sekolah si anak.
Suatu kali, si anak terbangun dari tidur malamnya setelah dikejutkan
oleh gelegar bunyi guntur. Kamar tidurnya gelap gulita karena seluruh
aliran listrik diputus sementara karena hujan deras dan guntur yang
bersahutan malam itu. Namun si anak melihat cahaya lilin di ruang
depan. Ia mendapati sang ibu masih mengerjakan kerajinan dengan
penerangan satu buah lilin saja.
Si anak menghampiri ibunya dan berkata, “Ibu, tidurlah, sudah malam
dan juga gelap tidak ada listrik. Ibu bisa lanjutkan besok.”
Sang Ibu tersenyum dan berkata, “Guntur membangunkanmu? Kamu tidurlah
duluan, kamu kan harus sekolah besok pagi-pagi, Ibu belum mengantuk
kok.”
3. Kebohongan Ibu yang Ketiga
Saat ujian sekolah, seperti ibu-ibu lainnya, sang ibu ingin menemani
sang anak untuk menghadapi ujian. Namun tidak seperti ibu lainnya, sang
ibu harus tidak bekerja pada hari itu demi sang anak. Tidak seperti ibu
lainnya juga yang menunggu di kantin depan sekolah, sang ibu menunggu
sang anak di bawah pohon yang bahkan tidak meneduhkannya dari sinar
matahari.
Saat tengah hari lonceng tanda ujian berakhir dibunyikan. Sang ibu
segera menyambut si anak dengan penuh senyum dan segera menuangkan teh
dingin yang tak lagi dingin.
Si anak melihat sang ibu mukanya kemerahan di papar matahari dan
bulir-bulir keringat menghiasi wajahnya. Si anak kemudian meminta ibunya
saja yang meminum teh tersebut. Namun Ibu menjawab, “Minumlah nak, aku
tidak haus!”
4. Kebohongan Ibu yang Keempat
Sepeninggal ayah, Ibu adalah juga kepala rumah tangga. Hidup terasa
makin sulit setelah ayah tiada. Banyak tetangganya dan juga keluarga
besar ibu memintanya untuk menikah lagi demi anak.
Namun sang ibu punya jawaban sendiri kepada si anak yang juga atas
permintaan untuk menikah lagi tersebut, “Saya lebih senang bersama
kamu anakku.”
5. Kebohongan Ibu yang Kelima
Setelah si anak menamatkan sekolah dan mulai bekerja di kota, sang
ibu tetap bekerja untuk kebutuhan kesehariannya. Si anak sudah
memintanya untuk tidak lagi bekerja dan akan memberinya uang untuk sang
ibu berapapun yang dibutuhkannya.
Namun sang ibu menolak pemberian anaknya tersebut seraya
berkata,”Tabunglah ini untuk mu dan masa depanmu, Ibu masih punya
simpanan dan hasil penjualan ini masih cukup untuk ibu membeli makan.”
6. Kebohongan Ibu yang Keenam
Si anak berhasil meraih gelar sarjana setelah kuliah sambil bekerja.
Ia pun akhirnya mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri.
Tidak hanya kuliah, si anak juga mendapatkan pekerjaan di salah satu
perusahaan di luar negeri. Ia pun ingin mengajak ibunya untuk tinggal
bersamanya.
Tetapi Ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku, “Aku lebih suka disini.”
7. Kebohongan Ibu yang Ketujuh
Setelah meraih gelar master di luar negeri, si anak diterima sebagai
pegawai tetap di luar negeri. Ia mulai sibuk dan mulai jarang
menghubungi ibunya. Sampai suatu hari, pamannya memberi kabar bahwa sang
ibu di rawat di rumah sakit karena penyakit kanker stadium akhir.
Tanpa pikir panjang, si anak pulang menempuh jarak ribuan kilometer
demi ibunda tercinta. Sesampainya di rumah sakit, si anak mendapati sang
ibu yang sudah terlihat tua, terbaring lemah di ranjangnya. Ia baru
saja menjalani operasi hari itu.
Saat terbangun dari tidurnya, sang ibu tersenyum kepada si anak.
Senyuman yang berbeda, karena senyum itu tampak seperti sedang menahan
rasa sakit.
Si anak menatap sang ibu sambil berlinang air mata. Hatinya perih,
dadanya terasa sesak demi melihat sang ibu yang sakit dengan kondisi
kurus dan sangat lemah. Tetapi Ibu dengan tegarnya berkata, “Jangan
menangis anakku, Aku tidak kesakitan.”
8. Kebohongan Ibu yang Terakhir
Setelah kebohongannya yang terakhir tersebut, sang ibu tak mampu lagi
tersenyum untuk si anak. Matanya tertutup untuk selama-lamanya.
Itulah kisah kebohongan penuh rasa cinta dari ibu kepada anaknya.
Semoga mampu memberi pembaca inspirasi untuk lebih meluangkan banyak
waktu untuk orangtua khususnya ibu. Lebih sering manakah kamu menelepon
ibu dari kekasihmu? Bahkan sekedar untuk menanyakan sudah makan atau
belum?
Muliakanlah orangtua khususnya ibu kamu terlebih dahulu sebelum
mencoba untuk memuliakan dan memberi perhatian lebih kepada orang lain
atau pasangan. Semoga kisah ini dapat menumbuhkan cinta yang lebih dalam
kepada ibu dan ayah kita, Amiiin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
OMATIQ Yatim Mandiri Bekasi
Team dari sanggar jenius Al Ikhlas Olimpiade Matematika dan Qur'an Di tengah maraknya kegiatan dan teknologi modern, mengasah kemampua...
-
*Berbagi kepada Sesama: Langkah Kecil, Dampak Besar* Berbagi kepada sesama adalah tindakan mulia yang seringkali dilupakan dalam kesibukan s...
-
Team dari sanggar jenius Al Ikhlas Olimpiade Matematika dan Qur'an Di tengah maraknya kegiatan dan teknologi modern, mengasah kemampua...
-
Assalamu'alaikum Bapak / Ibu / Sdr /Sdri Kaum Muslimin wal Muslimat yang semoga senantiasa dalam lindungan Alloh SWT, ijinkan bersa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar